Minggu, 05 Maret 2017

TIK karya syarif n hilmi


  

kegiatan Di Khalifah

https://docs.google.com/presentation/d/1bftxOnd1u6PK3AOi0L8tOpvAeW0jTgfy0jWeOjBPDSg/edit?usp=sharing

puisi karangan qorina anak kelas 7


PUISI
BUNGA
Oh bunga...
Kau sangat indah dilihat,kau berwarna-warni
jika dipandang,kau menyejukkan hatiku
dengan keindahanmu...
Dengan keindahanmu kupu-kupu selalu
menghampirimu....
Oh bunga...
Wangimu menyejukkan hatiku,setiap
hari ku melihat kupu-kupu berterbangan
menghampirimu...
aku selalu menyiramimu setiap pagi...
Oh bunga...
Keindahanmu tak ternilai harganya....
Aku selalu menyiramimu setiap pagi
supaya kau tidak layu dan mati
Jika kau mati tidak ada lagi keindahan
yang aku pandang setiap hari.....
PENGARANG:QORINA AMALYA RAHMAN
TUGAS          :BAHASA INDONESIA
                       MEMBUAT PUISI
KELAS           :VII {TUJUH}

Kamis, 02 Maret 2017

karya:syarif hidyatullah anak khalifah bs



Perempuan berjualan nasi goreng
Karya : Syarif Hidayatullah


Perempuan yang membawa gerobak di waktu sore
Dari manakah mereka
Dari rumah menuju ke tempat jualan
Bersama angin malam setia menemaninya
Penuh semangat, Penuh gairah                           


Ketika sampai ke temapat ia berjual
Ia langsung bersiap-siap untuk berjualan
Ketika sudah siap,ia menanti pembeli
Ketika menuggu pembeli
Akhirnya ada yang beli juga


Dia semangat untuk membuatnya
Selesai memasak, ia langsung mengasihnya ke pembeli
Keesokan harinya langsung banyak pembeli
Dan akhirnya dia mempunyai banyak cabang nasi goreng

Minggu, 19 Februari 2017

Kegiatan Di SMP Khalifah Boarding School Sukabumi

https://docs.google.com/presentation/d/1Ybz81cffPsRPVdTeY9vMAuVOETvOA0TId62iVBggAcc/edit?usp=sharing

inilah sejara kawasan gunung gede. karya: syarif hidayatullah



Sejarah kawasan

Gunung Gede

Perkebunan teh di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor
Kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sesungguhnya telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda tanah Sunda. Salah satunya, naskah perjalanan Bujangga Manik dari sekitar abad-13 telah menyebut-nyebut tempat bernama Puncak dan Bukit Ageung (yakni, Gunung Gede) yang disebutnya sebagai "..hulu wano na Pakuan" (tempat yang tertinggi di Pakuan)[1]. Agaknya, pada masa itu telah ada jalan kuno antara Bogor (d/h Pakuan) dengan Cianjur, yang melintasi lereng utara G. Gede di sekitar[A1]  Cipanas sekarang[2].
Pada masa penjajahan Belanda wilayah yang subur ini kemudian tumbuh menjadi area pertanian, terutama perkebunan. Sedini tahun 1728 teh Jepang telah mulai ditanam, dan pada 1835 perkebunan teh ini telah dikembangkan di Ciawi dan Cikopo. Menyusul pada 1878 dikembangkan teh Assam, yang terlebih sukses lagi, sehingga mengubah lansekap dan perekonomian di seputar lereng Gede-Pangrango.[2]
Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gede adalah Reinwardt, pendiri dan direktur pertama Kebun Raya Bogor, yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan menulis deskripsi vegetasi di bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak. Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa Horsfield telah mendaki gunung ini lebih dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat ditemukan.[3]
Dua tahun kemudian, melalui sehelai surat yang dikirimkan dari Buitenzorg (sekarang Bogor) pada awal Agustus 1821, Kuhl dan van Hasselt menyebutkan bahwa mereka baru saja menyelesaikan pendakian dan penelitian ke puncak Pangrango. Kedua peneliti muda itu menemukan banyak jejak dan jalur lintasan badak jawa di sana; bahkan mereka menggunakannya untuk memudahkan menembus hutan menuju puncak G. Pangrango. Delapan belas tahun kemudian Junghuhn mendaki ke puncak Pangrango pada bulan Maret 1839, dan juga ke puncak Gede dan wilayah sekitarnya pada bulan-bulan berikutnya, untuk mempelajari topografi, geologi, meteorologi, serta botani tetumbuhan di daerah ini.[3] Sejak masa itu, tidak lagi terhitung banyaknya peneliti yang telah mengunjungi kawasan ini hingga sekarang, baik yang tinggal lama maupun yang sekadar singgah dalam kunjungan singkat.
Banyaknya peneliti yang berkunjung ke tempat ini tak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keindahan alam di Gunung Gede-Pangrango, dan awalnya juga oleh keberadaan Kebun Raya Cibodas; yang semula—ketika dibangun pada 1830 oleh Teijsman—sebetulnya dimaksudkan sebagai kebun aklimatisasi bagi tanaman-tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam perkebunan. Kebun, yang kemudian dikembangkan menjadi kebun raya (lk. 1870), ini menyediakan tempat menginap yang cukup baik, sarana penelitian, serta catatan-catatan dan informasi dasar yang terus bertumbuh mengenai keadaan lingkungan dan hutan di sekitarnya. Pada tahun 1889, atas usulan Treub, sebidang hutan pegunungan seluas 240 hektare di atas kebun raya tersebut hingga ke wilayah sekitar Air Panas ditetapkan sebagai cagar alam oleh Pemerintah Hindia Belanda.[4] Inilah cagar alam dan kawasan konservasi ragam hayati yang pertama didirikan di Indonesia[5]. Belakangan, pada 1926, cagar alam ini diperluas hingga mencakup puncak-puncak gunung Gede dan Pangrango, dengan luas total 1.200 ha[4].
Bersama dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya lingkungan hidup, pada tahun 1978 Pemerintah Indonesia menetapkan Cagar Alam (CA) Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha, melingkup kedua puncak gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya. Kemudian pada 6 Maret 1980 cagar alam ini digabungkan dengan beberapa suaka alam yang berdekatan dan ditingkatkan statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango—satu dari lima taman nasional yang pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 ha. Dan akhirnya, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi terbatas pada Kelompok Hutan Gunung Gede Pangrango, kawasan TN Gunung Gede Pangrango memperoleh tambahan area seluas 7.655,03 ha dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, sehingga total luasannya kini menjadi 22.851,03 ha


 [A1]

puisi karya: syarif hidayatullah



Perempuan berjualan nasi goreng
Karya : Syarif Hidayatullah

Perempuan yang membawa gerobak di waktu sore
Dari manakah mereka
Dari rumah menuju ke tempat jualan
Bersama angin malam setia menemaninya
Penuh semangat, Penuh gairah

Ketika sampai ke temapat ia berjual
Ia langsung bersiap-siap untuk berjual
Ketika sudah siap,ia menunggu yang beli
 Ketika menuggu pembeli  akhirnya ada yang beli juga

Ketika itu dia semangat untuk membuatnya
Ketika selesai memasak,ia langsung mengasihnya ke pembeli
Keesokan harinya langsung panyak yang beli
Dan akhirnya dia mempunyai banyak cabang nasi goreng