Minggu, 05 Maret 2017
puisi karangan qorina anak kelas 7
PUISI
BUNGA
Oh bunga...
Kau sangat indah dilihat,kau berwarna-warni
jika dipandang,kau menyejukkan hatiku
dengan keindahanmu...
Dengan keindahanmu kupu-kupu selalu
menghampirimu....
Kau sangat indah dilihat,kau berwarna-warni
jika dipandang,kau menyejukkan hatiku
dengan keindahanmu...
Dengan keindahanmu kupu-kupu selalu
menghampirimu....
Oh bunga...
Wangimu menyejukkan hatiku,setiap
hari ku melihat kupu-kupu berterbangan
menghampirimu...
aku selalu menyiramimu setiap pagi...
Wangimu menyejukkan hatiku,setiap
hari ku melihat kupu-kupu berterbangan
menghampirimu...
aku selalu menyiramimu setiap pagi...
Oh bunga...
Keindahanmu tak ternilai harganya....
Aku selalu menyiramimu setiap pagi
supaya kau tidak layu dan mati
Jika kau mati tidak ada lagi keindahan
yang aku pandang setiap hari.....
Keindahanmu tak ternilai harganya....
Aku selalu menyiramimu setiap pagi
supaya kau tidak layu dan mati
Jika kau mati tidak ada lagi keindahan
yang aku pandang setiap hari.....
PENGARANG:QORINA AMALYA RAHMAN
TUGAS :BAHASA INDONESIA
MEMBUAT PUISI
KELAS :VII {TUJUH}
TUGAS :BAHASA INDONESIA
MEMBUAT PUISI
KELAS :VII {TUJUH}
Kamis, 02 Maret 2017
karya:syarif hidyatullah anak khalifah bs
Perempuan berjualan nasi goreng
Karya : Syarif Hidayatullah
Perempuan yang
membawa gerobak di waktu sore
Dari manakah
mereka
Dari rumah menuju
ke tempat jualan
Bersama angin
malam setia menemaninya
Penuh semangat, Penuh gairah
Ketika sampai ke
temapat ia berjual
Ia langsung
bersiap-siap untuk berjualan
Ketika sudah
siap,ia menanti pembeli
Ketika menuggu pembeli
Akhirnya ada yang
beli juga
Dia semangat
untuk membuatnya
Selesai memasak, ia
langsung mengasihnya ke pembeli
Keesokan harinya
langsung banyak pembeli
Dan akhirnya dia
mempunyai banyak cabang nasi goreng
Senin, 27 Februari 2017
Minggu, 19 Februari 2017
inilah sejara kawasan gunung gede. karya: syarif hidayatullah
Sejarah
kawasan
Gunung Gede
Perkebunan teh di kawasan Puncak,
Kabupaten Bogor
Kawasan Gunung Gede dan Gunung
Pangrango sesungguhnya telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda tanah Sunda. Salah satunya, naskah perjalanan Bujangga Manik
dari sekitar abad-13 telah menyebut-nyebut tempat bernama Puncak
dan Bukit Ageung (yakni, Gunung Gede)
yang disebutnya sebagai "..hulu wano na Pakuan" (tempat yang
tertinggi di Pakuan)[1].
Agaknya, pada masa itu telah ada jalan kuno antara Bogor (d/h Pakuan) dengan Cianjur,
yang melintasi lereng utara G. Gede di sekitar[A1] Cipanas
sekarang[2].
Pada masa penjajahan Belanda
wilayah yang subur ini kemudian tumbuh menjadi area pertanian, terutama perkebunan.
Sedini tahun 1728 teh
Jepang
telah mulai ditanam, dan pada 1835 perkebunan teh ini telah dikembangkan di Ciawi
dan Cikopo. Menyusul pada 1878 dikembangkan teh Assam, yang terlebih sukses lagi,
sehingga mengubah lansekap dan perekonomian di seputar lereng Gede-Pangrango.[2]
Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal
sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian
tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang
menginjakkan kaki di puncak Gede adalah Reinwardt, pendiri dan direktur pertama Kebun Raya Bogor, yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan
menulis deskripsi vegetasi di bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak.
Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa Horsfield telah mendaki gunung ini lebih
dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat
ditemukan.[3]
Dua tahun kemudian, melalui sehelai
surat yang dikirimkan dari Buitenzorg (sekarang Bogor) pada awal Agustus 1821, Kuhl dan van Hasselt
menyebutkan bahwa mereka baru saja menyelesaikan pendakian dan penelitian ke
puncak Pangrango. Kedua peneliti muda itu menemukan banyak jejak dan jalur
lintasan badak jawa di sana; bahkan mereka menggunakannya untuk memudahkan
menembus hutan menuju puncak G. Pangrango. Delapan belas tahun kemudian Junghuhn
mendaki ke puncak Pangrango pada bulan Maret 1839, dan juga ke puncak Gede dan
wilayah sekitarnya pada bulan-bulan berikutnya, untuk mempelajari topografi,
geologi,
meteorologi,
serta botani
tetumbuhan di daerah ini.[3]
Sejak masa itu, tidak lagi terhitung banyaknya peneliti yang telah mengunjungi
kawasan ini hingga sekarang, baik yang tinggal lama maupun yang sekadar singgah
dalam kunjungan singkat.
Banyaknya peneliti yang berkunjung
ke tempat ini tak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keindahan alam di Gunung
Gede-Pangrango, dan awalnya juga oleh keberadaan Kebun Raya Cibodas; yang semula—ketika dibangun pada 1830 oleh Teijsman—sebetulnya dimaksudkan sebagai kebun aklimatisasi bagi
tanaman-tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam perkebunan. Kebun, yang
kemudian dikembangkan menjadi kebun raya
(lk. 1870), ini menyediakan tempat menginap yang cukup baik, sarana penelitian,
serta catatan-catatan dan informasi dasar yang terus bertumbuh mengenai keadaan
lingkungan dan hutan di sekitarnya. Pada tahun 1889, atas usulan Treub,
sebidang hutan pegunungan seluas 240 hektare di atas kebun raya tersebut hingga
ke wilayah sekitar Air Panas ditetapkan sebagai cagar alam
oleh Pemerintah Hindia Belanda.[4]
Inilah cagar alam dan kawasan konservasi ragam hayati yang pertama didirikan di Indonesia[5]. Belakangan, pada 1926, cagar alam ini
diperluas hingga mencakup puncak-puncak gunung Gede dan Pangrango, dengan luas
total 1.200 ha[4].
Bersama dengan meningkatnya
kesadaran mengenai pentingnya lingkungan hidup, pada tahun 1978 Pemerintah
Indonesia menetapkan Cagar Alam (CA) Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha,
melingkup kedua puncak gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya.
Kemudian pada 6 Maret 1980 cagar alam ini digabungkan dengan beberapa suaka
alam yang berdekatan dan ditingkatkan statusnya menjadi Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango—satu dari lima taman nasional
yang pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 ha. Dan akhirnya,
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10
Juni 2003 tentang Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman
Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi terbatas pada Kelompok
Hutan Gunung Gede Pangrango, kawasan TN Gunung Gede Pangrango memperoleh
tambahan area seluas 7.655,03 ha dari Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat, sehingga total luasannya kini menjadi 22.851,03 ha
Langganan:
Postingan (Atom)